Banyak orang yang ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฎ๐ข๐ฎ๐ฑ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ค๐ข ๐ฅ๐ฐ๐ข namun justru ๐ฃ๐ฆ๐ญ๐ถ๐ฎ ๐ฎ๐ข๐ฎ๐ฑ๐ถ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฅ๐ฐ๐ข. Saat itu aku berkunjung ke kediaman Guruku yang mulia, dan aku bertanya tentang pemahaman Hakikat berdoa dalam Surah Al-Mukmin ayat ke 60. atau disebut juga dengan Al Ghafir yg berbunyi:
“Qola Rabbukum udโuuni Astajib Lakum”
(Tuhanmu berfirman Berdoalah kepada-Ku, akan Aku kabulkan doamu)
Rasanya segala ilmu yang ada dalam diri Beliau ingin aku copy paste ke dalam diriku supaya bisa Faqih seperti ilmu Beliau (bole dong mimpi). ย Beliaupun berkata, memaknai lafadz tersebut adalah hal yang mudah, coba jawab โudโuuni Astajib Lakumโ ada berapa kalimat?
โAda dua, udโuuni (Berdoalah kepada-Ku) & Astajib Lakum (Aku kabulkan doamu)โ jawabku. ย Betul, sekarang coba kamu jawab bentuk dasar dari lafadz tersebut?, tanya beliau. ย “Udโuuni adalah Fi’il amr!”, jawabku (kata kerja perintah).
Sebagaimana dalam kitab Jurumiyyah tentang Jawaazim Al-Mudhoori tertulis di antara al-Adawaatu (alat) yang menjazmkan Fiโil Mudhoriโ adalah laam Al-Amr dan Ad-Duโaa` serta Laa fii an-Nahyi dan ad-Duโaa`.
Dan Syaikh Muhyiddin Abdul Hamid dalam At-Tuhfah As-Saniyyah menerangkan bahwa, laam al-Amr dan laam ad-Duโaa` secara makna adalah sama. Yaitu MEMINTA untuk mengerjakan suatu pekerjaan dengan permintaan yang pasti.
Sehingga kita temui asal kata doโa adalah “Da’a โ Duโa (an)” yang berarti “memanggil/seruan” ย Sedangkan Sifat Lafadz udโuuni (Berdoalah kepada-Ku), adalah Al Amr sebagai perintah dari pihak yang lebih tinggi (Tuhan) kepada yg rendah (hamba).
“Wah hebat, nampaknya sudah khatam kitab Jurumiyyah,” kata Beliau. Akupun cengar-cengir macam ikan sapu-sapu. ย Itulah Beliau, guruku yg selalu memberikan pujian pada setiap ciptaan dan belum pernah aku melihat Beliau melontarkan caci maki dalam setiap ajarannya.
Lalu Beliau melanjutkan, ย Tepat, Nak, Jadi kalo saya bilang โDaโautu Fulananโ maka artinya saya memanggil seseorang dan saya berharap orang itu datang. Sekarang kita naik ke pelajaran selanjutnya.
Ketika Tuhan berkata โberdoalah kepada-Kuโ, siapa yang jadi subjek dan objeknya?
“Subjeknya adalah kata ganti orang kedua (jamak) yaitu manusia keseluruhan, Objeknya adalah kata ganti orang pertama, yaitu Tuhan”, jawabku. ย Dari sini aku baru paham bahwa dalam doa, ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ-๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จย ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ช๐ฎ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฉ๐ถ๐ฃ๐ถ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ด๐ฆ๐ค๐ข๐ณ๐ข ๐ฑ๐ณ๐ช๐ฃ๐ข๐ฅ๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข ๐๐ญ๐ญ๐ข๐ฉ.
Contoh: Istri berkata kepada suaminya, โciumlah akuโ Hal ini adalah perintah yang mengartikan istri minta dicium oleh suaminya (bukan nyium istri org lain yah)
Dalam konteks perintah itu, kita harus memahami bahwa istri tersebut MEMPERKENANKAN suaminya untuk mencium dirinya. Di balik perkataan โciumlah akuโ terdapat sebuah kerelaan dari hatinya untuk dicium.
Sama halnya ketika Tuhan berkata โberdoalah kepadakuโ maka juga terdapat perintah dan kerelaan Tuhan kepadamu. Tanpa kerelaan itu takkan terjadi perintah tersebut.
Masih Penasaran tunggu Penjelasanya di part (2)
diambil dari: thread@CeritaGuruadeirra