Dalam dunia public speaking, persiapan merupakan kunci utama keberhasilan. Seorang pembicara hebat tidak hanya mengandalkan keberanian atau spontanitas, tetapi juga mempersiapkan diri dengan matang sebelum tampil.
Tanpa persiapan, seorang pembicara akan terlihat tidak fokus, mudah gugup, dan pesan yang disampaikan cenderung tidak tersusun dengan baik. Public speaker yang hebat itu akan selalu mempersiapkan.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan “Jangan berani berbicara di depan umum tanpa persiapan, kalau anda naik podium/panggung tanpa kelelahan atau tanpa persiapan, maka anda akan turun tanpa penghormatan.”
Berikut tahapan persiapan dalam public speaking:
-Tentukan tujuan bicara kamu di depan umum itu untuk apa?: apakah untuk mengajak, mendidik, menginformasikan, atau mempengaruhi, dan lain-lain. Tujuan ini akan menentukan gaya berbicara, pilihan kata, serta struktur penyampaian yang digunakan.
-Tentukan materi yang akan disampaikan oleh audiens. Pembicara juga perlu menyiapkan materi dengan struktur yang jelas, mencakup pembukaan, isi, dan penutup.
-Persiapan mental: bangun positive self talk, seperti kamu yakin dengan diri sendiri bahwa “saya mampu, saya pasti bisa”
-Mengenali audiensnya seperti apa?: Pembicara perlu mengetahui siapa yang akan mendengarkan, mulai dari usia, latar belakang pendidikan, hingga harapan mereka terhadap materi yang dibawakan.
Dengan mengenali karakter audiens, kita bisa menyesuaikan bahasa, nada bicara, dan contoh yang digunakan agar pesan lebih mudah diterima.
-Mengenali tempat dan suasana, sebagai contoh seorang pembicara bisa datang ke tempat lebih awal, agar adaptasi dengan lingkungan terlebih dahulu.
Dalam penyampaian pesan, pembicara dapat mengikuti pola klasik retorika yang sering digunakan, yaitu Attention, Need, Satisfaction, Visualization, dan Action:
- Attention (perhatian), yaitu menarik perhatian audiens dengan cerita menarik, pertanyaan retoris, atau fakta mengejutkan.
- Need (kebutuhan), adalah menunjukkan masalah atau kebutuhan yang relevan dengan kehidupan audiens.
- Satisfaction (solusi), yaitu menawarkan solusi atau pesan utama yang ingin disampaikan.
- Visualization, menggambarkan dampak positif atau perubahan yang akan terjadi jika audiens menerapkan pesan tersebut.
- Action, yaitu mengajak audiens untuk melakukan tindakan nyata berdasarkan pesan yang telah disampaikan.
-Pada pembukaan, jangan melakukan pembukaan apologi, contohnya: kamu mengatakan, “sepertinya saya tidak mampu menyampaikan tentang materi ini, tapi karena disuruh panitia jadi saya terpaksa menyampaikan materi ini” niatnya merendah, tapi sebenarnya itu tidak perlu dilakukan. Lebih baik, menggunakan bahasa yang afirmatif “saya akan berusaha menjelaskan materi ini dengan baik”
-Mulailah public speaking dengan datar, lembut perlahan, tetapi tetap dengan semangat.
-Perkenalkan diri kamu karena audiens tidak kenal kamu, hal ini dilakukan untuk menciptakan hubungan positif dengan audiens.
-Jelaskan secara garis besar ide pokok dan gambaran isi dari materi yg akan disampaikan itu apa.
Berbagai macam pilihan-pilihan pembukaan dalam public speaking, yaitu:
Pilihan² pembukaan:
-Langsung menjelaskan to the point
-Melukiskan latar belakang masalah
-Materi yang kamu sampaikan dikaitkan dengan kejadian atau pengalaman kamu
-Kaitkan materi yg akan kamu sampaikan dengan peristiwa yg sedang diperingati.
-Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan.
-Memulai dengan pertanyaan yang provokatif atau bisa juga dengan humor.
7 rukun untuk public speaker saat penyampaian pesan:
-Artikulasi, menyampaikan pesan harus dengan jelas, tepat. Karena ada beberapa bagian seseorang yang mempunyai problem dalam artikulasi. Problem2 artikulasi itu ada 3:
- Omisi adalah menghilangkan bunyi atau suku kata tertentu, contohnya adalah februari, tapi kita mengucapkannya, febuari
- Subtitusi adalah mengganti bunyi yang benar dengan bunyi yang salah, contohnya: ingin berbicara “empat” malah yang terlontar dari mulut adalah “ampat”
- Adisi adalah menambahkan bunyi-bunyi yang seharusnya tidak ada, contohnya adalah kita ingin mengucapkan “public speaking” tapi yang keluar dari mulut adalah “public sepeking”
– Intonasi dan nada bicara harus bervariasi agar tidak terdengar datar dan membosankan. Gunakan nada tinggi untuk menekankan hal penting, dan nada lembut ketika ingin menimbulkan kesan emosional atau reflektif.
-Tempo bicara juga perlu diatur agar audiens sempat mencerna informasi yang diberikan, tidak terlalu cepat hingga sulit dipahami, dan tidak terlalu lambat hingga membuat bosan.
-Bahasa tubuh memiliki peran penting dalam memperkuat pesan. Sikap tubuh yang tegap, ekspresi wajah yang sesuai, serta gerakan tangan yang natural dapat meningkatkan kredibilitas dan menarik perhatian audiens.
-Jangan lupa untuk menyelipkan unsur humor ringan jika memungkinkan, agar suasana menjadi lebih cair dan audiens merasa nyaman. Namun, humor tetap harus sopan dan relevan dengan konteks pembicaraan.
-Penutupan harus disiapkan dengan baik. Sebuah penutup yang efektif tidak hanya merangkum isi pembicaraan, tetapi juga memberikan kesan mendalam. Pembicara bisa menutup dengan kalimat motivatif, kutipan inspiratif, doa, atau ajakan bertindak
















