Beri anak kita tanggapan, bukan pujian
Apakah kita adalah orang tua atau guru yang gemar memberi pujian kepada anak ketika mereka berhasil meraih prestasi tertentu? menjadikan pujian sebagai bentuk apresiasi bahkan upaya menumbuhkan rasa percaya diri pada anak? Ya, kebanyakan dari kita mungkin akan menjawab demikian.
Memberi pujian kepada anak karena kebaikan atau prestasi tertentu adalah sesuatu yang selama ini kita anggap sangat wajar. Apa salahnya memberi pujian karena anak kita sudah membantu pekerjaan orang tua, mendapat nilai bagus di sekolah, memenangkan perlombaan tertentu dan lain-lain.
Menurut Simone Davies, sejak 1970-an dan 1980-an muncul dorongan besar agar orang tua memuji anak untuk membangun harga diri anak. Oleh karena itu, kita sering mendengar orang tua mengatakan “Kerja yang bagus”, “Anak baik”. Kita memuji anak karena mereka membereskan mainannya setelah digunakan, kita memberi tepuk tangan karena anak kita mendapat juara 1 dikelas dan kita mendeklarasikan setiap aktifitas fisik sebagai sebuah kemenangan. Jenis pujian tersebut merupakan motivasi ekstrinsik yang datang dari luar, bukan dari dalam diri anak sendiri.
Guru-guru montessori senang membantu anak-anak membangun perasaan diri mereka, belajar menerima diri mereka sendiri apa adanya dan belajar memperlakukan orang lain dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru montessori ingin sebisa mungkin menumbuhkan motivasi dari dalam diri mereka sendiri (motivasi intrinsik) sehingga anak merasa senang ketika mereka berhasil melakukan sesuatu bukan karena respon dari luar yang akan mereka dapatkan.
Dalam bukunya “The Montessori Tooddler”, Simone davies mengungkap penelitian yang dilakukan oleh Alfie Kohn tentang “Lima Alasan untuk Berhenti Mengatakan ‘Kerja yang Bagus!’” di antaranya yaitu:
- Pujian bisa dipakai untuk memanipulasi anak-anak ketika kita menggunakannya sebagai alat tawar untuk memotivasi mereka.
- Cara ini dapat menimbulkan anak ketergantungan pada pujian.
- Pujian dapat menghilangkan kesenangan. Karena anak cenderung mencari pujian kita ketimbang menikmati kesenangan ketika mereka berhasil melakukan sesuatu.
- Anak-anak menjadi kurang termotivasi karena melakukan sesuatu demi mendapat pujian sehingga mereka kehilangan makna untuk dirinya sendiri.
- Pujian bisa menurunkan prestasi karena ketika sebuah aktivitas mengandung tekanan untuk berprestasi, anak-anak akan kehilangan kesenangan dan memilih untuk mencari aktivitas lain dengan tingkat resiko lebih kecil
Lalu apa yang bisa kita katakan sebagai gantinya?
Ada beberapa kalimat yang bisa kita gunakan untuk memberi mereka tanggapan dari sekedar kalimat “kerja yang bagus”
- Gambarkan yang kita lihat
Berfokus lah pada proses daripada hasil akhirnya. Beri mereka tanggapan positif, deskripsikan apa yang sudah dilakukan oleh anak kita.
“Kamu bisa berpakaian sendiri”
“Kamu menggunakan cat biru dan merah, aku melihat putaran warna di sebelah sini.
- Rangkumlah dengan sebuah kata
“Kamu mengemas tasmu dan siap untuk pergi ke pantai. Nah itu namanya mandiri !” “Kamu mengelap air di lantai tanpa aku minta. Nah itu namanya banyak akal “.
- Gambarkan yang kita rasakan
“Aku ikut senang untukmu”
“Aku senang masuk ke ruang tamu ketika semuanya sudah di rapikan”.
Itulah beberapa opsi untuk memberi tanggapan pada anak kita sebagai pengganti pujian-pujian pasif yang sering kita berikan. Mungkin kita akan menemukan sedikit kesulitan di awal. Namun lagi-lagi ini tentang kesabaran, tentang upaya kita untuk mendukung tumbuh kembang anak dengan sebaik-baik yang kita bisa.