Home / Agama / Artikel

Jumat, 21 April 2023 - 07:00 WIB

HARI RAYA KU!! (Dinamika 1 Syawal)

Mengapa NU dan Muhamadiyah berbeda dalam menetapkan awal bulan Syawal (Hari Raya Idul Fitri)?Setidaknya, untuk saat ini ada dua metode dalam menentukan awal bulan, yaitu metode ru’yah dan metode hisab.

Dua metode ini kalau dalam filsafat dikenal dengan empirisme (al-mahsusat) dan rasionalisme (aqliyat). Yang pertama menggunakan pengalaman panca indra, melihat langsung (ru’yah) hilal menggunakan mata telanjang dibantu teleskop, sementara pendekatan kedua melalui penghitungan (hisab).

Kedua pendekatan ini seringkali tidak ketemu bahkan bisa saling membelakangi. Al-Imam al-Ghazali dalam al-Munqiz min al-Dhalal mengkritik dua metode pendekatan ini.

Katanya, keduanya sama-sama masih menyisahkan keragu-raguan. Tidak seperti cahaya pengetahuan yang dipantulkan Allah SWT ke lubuk hati. Ia membuat semua pengetahuan membuka diri dan menghampiri subjek. Inilah yang diaebut pengetahuan intuitif (irfani).

Baca Juga :  Mau Tau Penjelasan Tentang Lafadz Laa Ilaaha Ilallah? Yukk Simak!

Pengetahuan jenis ini tak didapat melalui spekulasi akal maupun pengalaman indrawi dan hanya bisa disaksikan melalui mata batin (bashirah).

Jika pengetahuan akal dan pengalaman indrawi didapat melalui proses pembuktian (istidlal) dengan cara mendekati dan mengambil jarak dengan objek pengetahuan, pengetahuan intuitif tidak perlu melalui proses pencarian dan pembuktian (iktisabi) melainkan datang dan menampakkan sendiri (husuli/huduri), subjek-objek melebur menjadi satu.

Rasionalisme (aqliyat) dan empirisme (mahsusat) masih dalam tingkat syariat, sedangkan intuitif sudah mencapai hakikat. Jika untuk mendapat uang kita masih harus bekerja membanting tulang, berarti kita masih berada di maqam syariat.

Baca Juga :  Sayyidah Aisyah?Yuk Cari Tau Kisahnya!

Jika rezeki menghampiri kita berarti kita sudah sampai maqam hakikat 😃 (allahummarzuqna rizqan thaliban ghairu mathlub wa ghaliban ghaira maghlub)

Jadi, perbedaan Hari Raya antara NU dan Muhamadiyah adalah keniscayaan, karena metode yang digunakan keduanya berbeda. Ru’yah dan hisab hanyalah alat (wasilah) berijtihad untuk mendapat “kebenaran”. Sementara kebenaran ijtihad hanya mencapai tingkat zanni, tidak sampai level qat’i.

Dalam Ushul Fiqh dikenal 4 lkualitas kebenaran.

Pertama, qat’i atau yakin. Kebenaran pada tingkat ini mencapai 100%.

Kedua zanni. Ia sedikit berada di baqah qat’i, karena masih menyisahkan kemungkinan salah sebesar 10%.

Baca Juga :  BAB 8 – 10 || Jilid 1

Ketiga syak. Syak bersifat fifty-fifty: 50% benar 50% salah.

Dan yang keempat wahm. Wahm hanya menyisahkan 10% kebenaran. Sisanya salah.

Dalam ijtihad salah-benar tetap mendapat pahala. Sebagaimana disebut dalam hadis Nabi SAW: “Barangsiapa berijtihad dan ijtihadnya benar, ia mendapat dua pahala. Dan banrangsiapa berijtihad dan ijtihadnya salah ia mendapat satu pahala”.

Oleh karena itu kita tidak perlu meributkan perbedaan Hari Raya, karena NU dan Muhamadiyyah sama-sama sedang berijtihad. Mungkin, NU dapat dua sedangkan Muhamadiyyah dapat satu Wallahu a’lam.

Jamaluddin Mohammad
(Komisoner Baznas Kab.Cirebon)

Author Profile

Jamaluddin Mohammad

Share :

Baca Juga

Artikel

Remaja, Waspadai Kebiasaan Sepele yang Bisa Memicu Kanker Usus!
Keutamaan Orang Berilmu

Agama

Keutamaan Orang Berilmu
Sejarah Perang Badar

Artikel

Sejarah Perang Badar: Mau Tau Apa Sejarahnya? Yuk Kita Simak!

Agama

BAB 1 – 3 || Jilid 1

Artikel

Percaya Diri ? Yakinlah Kamu Punya !

Artikel

Jujur? Pengertian dan Ciri-Cirinya
Hakikat Berdoa

Agama

INGAT Terkadang Kita Hanya Mampu Membaca Doa tapi Belum Mampu Berdoa (1)

Artikel

Membentuk Kebiasaan yang Mengubah Hidup, Gimana Caranya? Ini Rahasianya!